Translate

Kamis, 16 Februari 2012

Sampah Untuk Kesejahteraan dan Penghijauan


Sampah yang dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi yang keluar dalam bentuk scrapt atau bahan baku yang memang sudah bisa terpakai. Dalam sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis. Artinya alam sendiri mengeluarkan sampah akan tetapi sampah tersebut selalu dan akan dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Ekosistem (ekologi sistem) dimana makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai pasok makanan akan menerima sampah sebagai bahan baku yang baru.
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis sampah pada dasarnya memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan cair.
Tetapi yang terjadi di Desa Komala Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi masyarakat justru sangat membutuhkan sampah tersebut guna menyuburkan tanah / lahan agar  lahan/tanah tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dengan baik.
Keputusan Pemerintah Kabupaten Wakatobi melalui  Dinas Tata Ruang, Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran (Dinas Tata Ruang dan KP3K) untuk menghentikan beberapa anggotanya dilapangan yang ketahuan membuang (baca : memberikan) sampah kekebun masyarakat lokal perlu di tinjau kembali. Keputusan tersebut sangat mengecewakan masyarakat, karena sampah tersebut mereka gunakan untuk menyuburkan tanah mereka sehingga mereka bisa menanam berbagai macam tanaman dan sayuran yang bisa membantu ekonomi keluarga. Karena lahan tersebut merupakan lahan yang kurang subur yang hanya ditumbuhi padang rumput sehingga menjadi langganan kebakaran  setiap tahunnya pada saat musim kemarau tiba dan susah ditanami tanaman yang berumur panjang dikarenakan kondisi tanah yang kurang baik dan hanya bisa ditanami atau dimanfaatkan  pada saat musim hujan, sehingga pemanfaatan lahan tersebut kurang maksimal untuk digarap oleh masyarakat lokal. (Bersambung....)